Minggu, 20 November 2011

Law is My Choice


Setelah UAN SMA selesai, kita dihadapi lagi dengan sebuah pilihan yang menghantarkan kita menuju lebih baik. Pilihan tentang study apa uang hendak kita jalani?? Aku termasuk lulusan anak sosial. Aku sangat bangga sebagai lulusan anak sosial. Sebelumnya ketika kenaikan kelas dua SMA, aku juga dihadapi dengan dua pilihan antara memilih jurasan sosial atau sains. Menurutku keduanya sama, tergantung bagaimana paradigma kita. Kebetulan ketika aku naik kelas dua, aku terpilih menjadi anak sains (bukannya sombong..hehe). Padahal nilai kimia fisika pas-pasan deh? (heran). Paling biologi yang agak mendingan soalnya enggak ada hitung-hitungannya.

Terpilih menjadi anak sains, aku sedikit berpikir-pikir. Kalau sains kelihatan keren, smart, besok lulus sok calon dokter (dokter hewan kalau enggak dokter kulit), dan tentunya naik kastanya. Dilain sisi aku memiliki sebuah pilihan yaitu memilih sosial. Selain basicku kurang mendukung di sains, aku lebih suka lingkungan sosial yang cenderung enggak terlalu serius mikirin rumus-rumus fisika kimia yang bikin kepala cenat-cenut. Aku tipikal orang yang suka berpikir logis. Kenapa susah-susah mikir kalau kita berpikir secara bodoh aja bisa. Salah satu contoh, kenapa kita harus berpikir peluang pola duduk dalam satu barisan kursi bioskop? Barisan ke-5 berapa kursi? haduhhh.. males banget. Kalau aku, “kalau mau nonton yya tinggal duduk aja, enggak usah ngitung-ngitung segala. Kenapa harus di pikir-pikir segala?” Mungkin pola pikirku yang begitu, membuat aku lebih memilih sosial ketimbang sains. Akhirnya setelah menimbang (seterusnya), memikirkan (seterusnya), dan memutus bahwa aku akan pindah dari sains ke sosial.

Kembali ke awal lagi tentang “Law is My Choice”, Hukum adalah pilihan yang derajat kastanya enggak setinggi seperti managemen, akuntansi, atau komunikasi. Jika dibandingkan dengan ketiga hal itu, mungkin derajat hukum kalah jauh. “I don’t care” mau akuntansi, managemen, dan komunikasi yang derajat kastanya setingkat dewa-dewa, saya tetap memilih hukum sebagai study kuliah saya. Hukum itu lebih luas, bahkan bisa mencakup lebih dari tiga hal itu. Hukum merupakan sebuah “rule”. Dalam sebuah permaninan, orang yang tidak mengetauhui aturan permainan akan kalah dengan sendirinya (bukan maksud mencari kalah menang). Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, “Jika hendak menguasai sebuah negara, maka kuasailah hukum dan bahasanya”. Mengusai itu maksudnya mempelajari, memahami, mengerti, dan mengenal seluruh negaranya.

Berawal dari Visi saya bahwa hidup ini adalah sebuah interaksi sosial dan manusia merupakan makhluk sosial. Kita hidup bukan diri sendiri, melaikan untuk orang lain juga. Saya ingin diri saya bisa berguna bagi orang-orang disekitar saya. So, untuk mewujudkan hal itu aku harus mempelajari “rule” melalui kuliah di jurusan hukum. Hukum bukanlah alat penghukum dan pengadili, melaikan sebuah aturan agar tercipta keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan sosial. Jadi, menuntukan pilihan itu tidak harus selalu yang terbaik. Kita harus sesuaikan dengan minat dan kemampuan kita. Apapun hal yang kita senangi, yang susah tetap saja akan menjadi mudah. Dan bagaimana dirimu memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita? Itu semua tergantung dari diri kita.

Tidak ada komentar: